Hidup adalah Kesempatan, Melayani adalah Kewajiban

Seiring berjalannya waktu beriringan dengan banyaknya hal-hal yang menjadi pelajaran dalam hidup. Dari anak-anak menjadi dewasa, dari minum asi hingga mampu mengkomsumsi makanan keras, selama itulah waktu berharga untuk belajar dalam hidup.

Lahir di dalam keluarga kristen bukan jaminan bahwa kita orang yang takut Tuhan. Tetapi banyak orang yang menjadi kristen sejati ketika mengalami suatu perjumpaan dengan Tuhan, atau ketika seseorang mengalami sesuatu kejadian dan sadar bahwa dia butuh Tuhan dalam hidupnya. Sama seperti Paulus yang awalnya pembenci menjadi pengikut Kristus.

Cara Tuhan bekerja mengerjakan bagiannya untuk kehidupan kita, tidak bisa di tebak atau diterka terka oleh pikiran kita. Tetapi apapun dan bagaimana pun bentuknya yang Tuhan kerjakan dalam hidup kita adalah versi yang terbaik untuk kita.

Tahun 2015 adalah tahun dimana saya menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat saya secara pribadi, dan tentunya dari saat itu jugalah aku boleh meninggalkan hal hal yang tidak baik dari dalam diri saya. Hal paling besar yang terjadi di awal saya lahir baru adalah mengampuni ayah saya. Dan ternyata yang membuat saya terpuruk dan susah bertumbuh adalah akar pahit yang ada dalam diri saya. Setelah saya melepaskan pengampunan akhirnya saya mengerti kalau saya juga butuh diampuni, dan itu membuat beban hidup saya berkurang, hama yang selama itu ada dalam hidup saya akhirnya terbuang dan hama hama lainnya juga terbuang satu per satu.

Lahir baru itu ibarat pintu yang ketika kita masuk maka hidup kita berubah 180 derajat, bahkan harus berubah dari kehidupan sebelum lahir baru. Dan lahir baru yang terjadi di 2015 itu jugalah yang menghantarkan saya dalam pelayanan dan pekerjaan saya saat ini sebagai guru pedalaman. Bagi saya belajar Firman Tuhan itu tidak cukup hanya sebatas teori tetapi harus banyak penerapan. Apa yang kudapatkan selama kelompok kecil di mahasiswa harus saya kerjakan di dunia alumni.

Hidup di pedalaman itu tentunya banyak tantangan dan itu bukan hal yang mudah untuk di lewati. Perbedaan bahasa, agama, budaya, adat istiadat, bahkan makanan dan pola hidup sangat berbeda. Tetapi hal itu menjadi motivasi untuk mengerjakan kewajiban sebagai murid Kristus yaitu menjadi garam dan terang dan hidup menjadi berkat bagi orang lain. Mulai dari hal hal kecil yang kita lakukan hingga banyak orang akhirnya tersadarkan bahwa Tuhan itu bekerja dalam hidup kita dan menyertai kita selama di pedalaman dan dimanapun kita. Lewat cara kita hidup saja orang lain akan tahu dan memberi nilai kepada kita, bahkan sebelum kita menjelaskan dengan kata kata.

Sebagai pekerja marilah kita fokus kepada Tuhan, dan biarlah Tuhan memberikan apa yang terbaik kita dapatkan. Bahwa hidup ini adalah kesempatan untuk kita mengerjakan kewajiban kita yaitu melayani Tuhan. Dan tanpa Tuhan hidup kita tidak akan menjadi apa apa. Oleh karena itu marilah kita memberikan hidup kita untuk melayani Tuhan selama kita masih hidup.

Tuhan Yesus memberkati kita semua.

Oleh: Hokkop Sianipar (FIB’15)

CATEGORIES:

Uncategorized

Tags:

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Latest Comments