TERSENDAT DALAM SATU PERTANYAAN YANG TERLIHAT SEPELE
Momen ketika pertama kali diwawancarai oleh 2 orang ahli sekaligus masih sangat membekas dalam ingatan saya. Momen itu terjadi di tahun kedua perkuliahan saya ketika mengikuti seleksi pelatihan kepemimpinan yang diselenggarakan oleh salah satu donatur dari beasiswa yang saya terima. Orang-orang terbaik akan dipilih dari setiap PTN di Indonesia untuk mengikuti pelatihan yang akan dilaksanakan di Akademi Militer Magelang. Kala itu jumlah peserta dari USU yang memenuhi kriteria untuk mengikuti seleksi adalah 11 orang, dan yang akan dipilih hanya beberapa orang terbaik. Kami pun tidak menyia-nyiakan kesempatan berharga ini, kami mempersiapkan diri dengan sebaik mungkin. Beberapa kali sebelum hari pelaksanaan wawancara, kami sudah mengadakan pertemuan untuk berdiskusi bersama serta sharing dengan senior-senior yang sebelumnya sudah berhasil. Kami mendaftarkan sebanyak-banyaknya pertanyaan yang mungkin ditanyakan oleh interviewer. Kami kemudian mengisi jawaban masing-masing sesuai dengan daftar pertanyaan tersebut. Kala itu terdapat satu pertanyaan yang paling terakhir saya jawab dan memakan waktu yang cukup lama bagi saya untuk memikirkan jawabannya, yaitu “sebutkan kekuatan dan kelemahanmu!”. Saya merasa tersendat pada soal ini, setelah beberapa waktu berlalu saya berhasil menemukan beberapa poin kelemahan saya, namun kekuatan belum juga saya temukan. Pertanyaan tersebut memang terlihat sepele karena itu mengenai diri saya, saya seharusnya dapat menjawabnya dengan lancar, namun ternyata malah pertanyaan itulah yang paling sulit saya jawab.
BELAJAR UNTUK MENJADI VERSI DIRI YANG TERBAIK
Hasil seleksi keluar, saya dinyatakan “tidak lulus”. Perasaan sedih pun timbul, namun saya tetap berpengharapan dan saya tahu bahwa melalui ini pun Tuhan sedang mengajarkan suatu hal yang baik dalam perjalanan hidup saya. Pada malam setelah pengumuman tersebut, saya kemudian melakukan refleksi, mengingat-ingat kembali pada bagian mana yang mungkin membuat saya gagal, dan kemudian mengambil komitmen untuk memperbaiki diri. Salah satu langkah yang saya ambil saat itu adalah membuat notes di HP dengan judul “kekuatan dan kelemahanku”. Mulai saat itu, setiap menyadari kekuatan maupun kelemahan dalam diri, termasuk saat orang lain mengapresiasi maupun mengevaluasi saya, saya mendaftarkan semuanya. Seiring waktu berjalan, saya akhirnya menemukan puluhan poin “kekuatan dan kelemahanku”. Saya bersyukur, melalui daftar tersebut Tuhan menolong saat mengikuti kesempatan dari donatur lainnya, saya berhasil menjadi salah seorang peserta pelatihan kepemimpinan di Pangkalan TNI Angkatan Udara Yogyakarta bersama dengan perwakilan dari seluruh PTN dari Sabang sampai Merauke. Daftar “kekuatan dan kelemahanku” juga menolong ketika melamar pekerjaan, saya dengan lugas dapat mempresentasikan diri kepada HRD dari perusahaan yang saya lamar. Daftar tersebut terus saya update seiring bertambahnya pengenalan diri dan pengalaman hidup, hingga saat ini. Daftar tersebut juga menjadi salah satu cara bagi saya untuk memperbaiki diri, juga membantu saya menyadari bahwa dari banyaknya kelemahan, Tuhan juga memberikan kekuatan kepada saya, yang dapat terus saya asah dan optimalkan sehingga bisa menjadi versi terbaik dari diri ini.
MENGENALI DIRI LEBIH DALAM LAGI
Tidak jarang kita mendengar adanya mahasiswa yang merasa salah jurusan, bahkan pekerja pun ada yang merasa tidak cocok dengan pekerjaannya sehingga tidak menikmati pekerjaan dan bahkan sampai berulang kali resign dan gonta-ganti pekerjaan. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi hal ini, baik secara eksternal maupun internal. Mungkin faktor eksternal tidak dapat kita kendalikan, tetapi hal yang dapat kita kontrol adalah faktor internal, dari dalam diri kita. Salah satunya adalah dengan pengenalan yang benar akan diri. Ketika kita mengetahui kemampuan intelektual kita, lingkungan bagaimana yang cocok dengan kita, bidang apa yang dapat kita kerjakan dengan baik, apa yang kita senangi, apa yang paling membuat kita bergairah, apa yang paling menggelisahkan hati kita, apa panggilan kita, dan aspek lain sesuai dengan keunikan kita masing-masing, hal ini akan sangat membantu kita untuk memperoleh jurusan maupun pekerjaan yang tepat dengan kita. Pengenalan akan diri dapat kita lakukan dengan menggunakan metode tertentu, misalnya dengan mengikuti tes psikologi (psikotes), atau tes sederhana untuk pengenalan diri, atau bisa juga dengan cara bertanya kepada orang-orang yang mengenal kita dengan baik. Metode ini juga dapat kita gunakan untuk melihat kelebihan dan kekurangan kita. Mungkin saja masih ada yang belum menemukan kelebihan ataupun bakat di dalam diri, namun yakinlah bahwa Tuhan pasti sudah memberikannya kepada Anda. Berdasarkan pengamatan saya juga secara pribadi sejak tahun 2018 bekerja di bidang layanan psikologi, dan telah melihat hasil psikotes dari ribuan orang, saya sangat kagum akan Allah karena saya mendapati bahwa seseorang yang dikategorikan “bodoh” sekalipun, setidaknya orang tersebut pasti memiliki suatu kelebihan di bidang tertentu. Jadi tugas kita adalah untuk terus mencari dan menggalinya seiring dengan pengenalan kita akan diri kita sendiri. Salah satu contoh sederhana yang dapat kita praktekkan untuk semakin mengenali diri adalah Johari Window, yaitu sebuah cara untuk memahami diri melalui kesadaran diri sendiri dan feedback dari orang lain, cobalah menemukan dan mengisi setiap kuadrannya dalam versi diri Anda sendiri:

SEJAUH MANA SAYA HARUS BERUSAHA?
Salah satu momen yang menyebabkan terjadinya perubahan besar di seluruh dunia adalah pandemi covid-19, hal ini juga sangat mempengaruhi saya secara pribadi. Saya yang merupakan tipe orang terstruktur dan sulit menerima perubahan, dipaksa oleh kondisi untuk melakukan berbagai hal yang menuntut saya untuk fleksibel. Hal tersebut sangatlah sulit, saya sangat tidak nyaman ketika harus melakukan pekerjaan yang tidak familiar bagi saya. Namun ketika merefleksikan kembali mengenai apa yang saya alami saat itu, Tuhan menunjukkan kesadaran yang baru, ternyata jika saya mencoba dan terus berusaha, saya bisa melakukan hal yang sebelumnya saya kira tidak mampu lakukan, meskipun sulit dan tidak nyaman di awal. Ketika saya menerima dan menjalani tantangan yang ada, saya kemudian menemukan bakat baru dalam diri saya yang juga sangat mendukung pekerjaan saya sampai saat ini. Setelah di pikir-pikir lagi, ternyata di Alkitab juga terdapat orang-orang yang awalnya belum menemukan bakat luar biasa yang ada dalam diri mereka. Namun kemudian ketika mereka dipakai dan dibentuk Tuhan, mereka menjadi orang-orang yang hebat. Contohnya: Petrus yang bekerja sebagai penjala ikan ternyata memiliki bakat yang luar biasa dalam berkhotbah yang mampu mendorong begitu banyak orang untuk berubah dan bertindak, Daud yang seorang gembala ternyata memiliki kemampuan yang sangat baik dalam memimpin, Musa yang menyatakan dirinya tidak pandai dalam berkomunikasi kemudian Tuhan pakai sebagai pemimpin bangsa Israel dan ternyata ia memiliki manajemen kepemimpinan yang sangat baik, dan banyak tokoh lainnya yang dapat kita baca di Alkitab. Kita bisa melihat bahwa mereka tidak secara spontan menjadi tokoh yang luar biasa seperti itu, mereka mengalami banyak pembentukan dan salah satu kuncinya adalah kemauan dan penyerahan diri. Dari kisah-kisah ini kita juga dapat melihat bahwa “seseorang bisa ahli dalam suatu bidang, asalkan mau terus berusaha dan berlatih”. Meskipun terdapat pengecualian dalam beberapa hal, seperti hal-hal dasar yang memang tidak bisa diubah. Salah satu contohnya adalah penyanyi, tidak semua orang bisa ahli dalam bernyanyi, ada jenis suara tertentu yang bagaimanapun dilatih akan tetap tidak bisa menjadi penyanyi. Lagi dan lagi, tugas kita adalah untuk terus mengeksplorasi dan menemukan kekuatan maupun bakat yang Tuhan berikan di dalam diri kita. Setelah kita tahu areanya, berikanlah waktu dan usaha untuk mengembangkannya, baik mengikuti kursus, belajar melalui buku maupun internet, atau dengan meminta bimbingan dari yang lebih ahli, kemudian teruslah berlatih.
UNTUK APA SAYA MELAKUKAN SEMUA INI?
Sesuai dengan teori multiple intelligence (kecerdasan majemuk), saya memiliki hasil yang paling dominan pada kecerdasan interpersonal, yang artinya saya memiliki kemampuan dan keterampilan yang baik dalam memahami dan berinteraksi dengan orang lain. Hal ini juga didukung oleh minat saya pada social service, yaitu lebih menyukai kegiatan atau pekerjaan yang sifatnya menolong atau membimbing orang lain. Pengetahuan saya akan minat dan bakat yang saya miliki ini membantu saya untuk mencari pekerjaan dan wadah pelayanan yang tepat dengan saya. Saya bersyukur ketika Tuhan menunjukkan dan memberikan kesempatan demi kesempatan untuk saya melayani menggunakan talenta yang Tuhan berikan ini. Meskipun terkadang merasa lelah secara fisik, namun ketika mengerjakannya saya merasakan sukacita dan bahkan memperoleh kekuatan baru, terutama ketika saya bisa mendengar dan berbagi serta melihat senyuman dan tawa dari mereka yang saya layani. Jika kita memperhatikan lebih dalam lagi, dunia ini sangat membutuhkan kehadiran kita, anak-anak Tuhan, untuk mendatangkan kerajaan-Nya di dunia ini melalui talenta maupun profesi yang kita miliki, di berbagai bidang. Dalam 1 Petrus 4:10 dikatakan “Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah”. Kita bisa menjadi berkat melalui materi yang kita sumbangkan kepada pihak-pihak yang membutuhkan, tetapi mari kita ingat bahwa kita juga bisa menjadi berkat yang luar biasa bagi orang lain melalui bakat dan keahlian yang kita miliki, untuk kemuliaan nama Tuhan, “Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!” (1 Korintus 6:20). Tuhan masih memberikan kesempatan, belum terlambat untuk mengenali diri dan terus belajar mengembangkan diri, karena hal ini memang pembelajaran seumur hidup. Marilah terus mengoptimalkan apa yang sudah Tuhan percayakan bagi kita, aplikasikanlah, dan jadilah berkat lebih luar biasa lagi.
Oleh: Sri Mahati Hutabarat (Psikologi’15)
No responses yet