Allah (Bapa Yesus dan Roh Kudus) masih bekerja, apakah kita masih bekerja?
35 Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana.
36 Tetapi Simon dan kawan-kawannya menyusul Dia;
37 waktu menemukan Dia mereka berkata: “Semua orang mencari Engkau.”
38 Jawab-Nya: “Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang.”
39 Lalu pergilah Ia ke seluruh Galilea dan memberitakan Injil dalam rumah-rumah ibadat mereka dan mengusir setan-setan.
Kalau kita membaca perikop tersebut, hal yang menarik adalah ketika Yesus sudah dikenal banyak orang dan semua orang sedang mencari Yesus, Yesus tidak datang kepada mereka melainkan pergi ke kota-kota lain dengan tujuan untuk memberitakan Injil. Mengapa? Karena jelas di dalam ayat 38, untuk itulah Yesus telah datang. Di dalam perikop sebelumnya, dikatakan Yesus telah menyembuhkan ibu mertua Simon dan banyak orang yang menderita penyakit, bahkan kerasukan setan (Markus 1:29-34). Dalam hal ini, Yesus memiliki kemampuan medis yang jauh melebihi para dokter tentunya. Di dalam perikop sebelumnya lagi, Yesus mengajar di rumah ibadat (Markus 1: 21-28), orang-orang takjub mendengar pengajaran-Nya (ayat 22). Dalam hal ini Yesus memiliki kemampuan mengajar lebih dari para guru/dosen di sekolah/kampus atau para pengkotbah di gereja. Kita yakin Yesus juga memiliki kemampuan yang jauh melebihi setiap profesi yang kita miliki.
Apa yang bisa kita pelajari dalam hal ini? Kita memilki berbagai profesi di dunia alumni, baik sebagai dokter, guru, pendeta, pegawai kantor, dan masih banyak lagi. Namun kita harus menyadari bahwa identitas utama kita adalah Kristen. Kita bukanlah dokter Kristen tetapi Kristen dokter, kita bukanlah guru Kristen tetapi Kristen guru, demikian juga dengan profesi lainnya. Identitas utama kita sebagai seorang Kristen harus menjadi prioritas yang kita kerjakan di dalam hidup kita, sedangkan pekerjaan sampingan kita baik sebagai dokter, guru, dll merupakan sarana yang harus kita manfaatkan untuk melaksanakan tujuan utama dari identitas kita sebagai Kristen. Kita harus menyadari kemampuan medis, mengajar, dan kemampuan bekerja dalam profesi kita saat ini masih kalah dibandingkan dengan apa yang telah Yesus lakukan semasa di dunia ini. Sekalipun Yesus memiki kemampuan-kemampuan tersebut, namun Yesus tidak menjadikannya sebagai profesi utamanya. Tujuan utama Yesus datang ke dunia jelas untuk memberitakan Injil yaitu tentang keselamatan melalui diri-Nya.
Jika kita mengimani Yesus sebagai Tuhan, bukankah kita harus menjadikan tujuan utama profesi kita sebagaimana tujuan Yesus datang ke dunia? Pemberitaan Injil harus menjadi pekerjaan utama yang kita kerjakan melalui dan melebih pekerjaan sampingan (baca: profesi) kita.
Di tengah situasi pandemi ini, bagaimana pekerjaan utama kita yaitu pemberitaan Injil masih dapat kita lakukan?
Kita tentu tidak dapat memprediksi kapan pendemi ini berakhir. Kita juga tidak dapat menjamin seseorang terbebas dari COVID-19. Ada orang yang melakukan protokol kesehatan dengan ketat bahkan menggunakan alat pelindung diri dengan baik namun terkena COVID-19. Ada juga yang kontak tanpa sengaja dengan penderita COVID-19, namun tidak terkena COVID-19 sekalipun menggunakan alat pelindung diri yang minimal. Dalam hal ini, kita harus mengingat bahwa protokol kesehatan dan alat pelindung diri merupakan cara untuk mencegah dan memutuskan rantai penularan COVID-19. Protokol kesehatan dan alat pelindung diri wajib kita lakukan namun kedua hal tersebut bukanlah jaminan utama perlindugan kita, Kalau kita kita masih terhindar dari COVID-19 hingga saat ini, itu hanya karena kasih karunia Tuhan semata.
Dalam situasi pandemi ini, semua orang masih bekerja baik secara online maupun offline. Orang-orang masih melakukan aktifitas untuk menunjang kehidupannya, seperti belanja kebutuhan sehari-hari, mencari klien, dll. Masih banyak yang dapat dilakukan semasa pandemi ini, termasuk pemberitaan Injil. Apakah pemberitaan Injil dapat terbendung oleh karena pandemi? Tentu tidak. Pemberitaan Injil masih dapat kita lakukan baik secara online maupun offline. Pemberitaan Injil secara online dapat kita lakukan dengan menggunakan media sosial yang ada. Di masa pandemi ini, pengguna media sosial tentunya meningkat, dan seharusnya menjadi hal yang efektif untuk kita jadikan kesempatan. Daripada kita menggunakan waktu yang ada untuk ngetweet, buka youtube, update status, dll, lebih baik kita gunakan untuk membuat konten menarik tentang Injil. Kita dapat berdiskusi tentang Injil di tweeter, facebook, atau media sosial lainnya. Kita bisa mengajak teman yang belum percaya berdiskusi tentang Injil melalui whatsapp, zoom, dll, Bisa saja kita bertemu dengan seseorang di jalan namun karena khawatir penularan COVID-19, kita bisa meminta nomor whatsapp atau teleponnya untuk berdiskusi tentang Injil. Kita bisa buatkan konten video atau meng-copy video youtube orang lain dan mengirimkan linknya ke video milik channel yang beragama lain misalnya. Link tersebut sebaiknya kita kirim ke kolom komentar di video terbaru mereka karena biasanya netizen masih akan banyak membaca komentar orang di video terbaru youtube. Video terbaru ini bisa kita lihat ketika kita membuka channel mereka dan melihat video terbaru paling atas atau melihat jam mulai tayang video tersebut. Ketika seseorang yang belum percaya kepada Yesus merespon link yang kita kirim, hal tersebut merupakan kesempatan bagi kita untuk menyampaikan Injil dan berdiskusi tentang keselamatan kekal dalam Yesus kepadanya. Kami menggunakan cara ini untuk menyampaikan Injil secara online, dan menurut kami cukup efektif karena jika dilihat dari jumlah penayangan video yang kami buat, banyak orang yang telah menonton dan mendengar Injil, sekalipun tidak sebanyak orang yang mau berdiskusi secara terbuka tentang Injil di kolom komentar. Bahkan ada yang mau mengirimkan nomor pribadinya untuk bediskusi tentang Injil lebih lanjut.. Cara-cara ini belum tentu efektif digunakan oleh semua orang. Berdoalah dan bertanya kepada Tuhan. Kita harus meyakini, ketika kita menyadari tujuan utama kita untuk memberitakan Injil, Tuhan akan membuka jalan dan memberitahukan cara yang paling efektif untuk kita gunakan baik secara online maupun offline. Sekarang tergantung bagaimana kita menaati dan tidak menunda untuk melakukannya. Mulailah dengan relasi yang kuat kepada Tuhan melalui doa dan Firman-Nya. Komunikasi yang intens dan relasi yang kuat dengan Tuhan sangatlah penting sebagaimana Tuhan Yesus juga pagi-pagi benar waktu hari masih gelap bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana (Markus 1:35).
Secara offline, kita bisa tetap bertemu orang dengan melakukan protokol kesehatan dan menggunakan alat perlindungan diri. Jangan takut untuk menyampaikan Injil hanya karena alasan khawatir tertular COVID-19, ingat bahwa dosa kita yang lebih parah dari COVID-19 telah ditanggung Yesus. Kita juga bisa dengan secara sengaja untuk bertemu orang baik yang kita kenal maupun tidak kita kenal untuk memberitakan Injil di tempat terbuka seperti di taman kota, pantai, pasar, dll. Firman Tuhan katakan: “Taburkanlah benihmu pagi-pagi hari, dan janganlah memberi istirahat kepada tanganmu pada petang hari, karena engkau tidak mengetahui apakah ini atau itu yang akan berhasil, atau kedua-duanya sama baik.”(Pengkotbah 11:6). Sampaikanlah Injil sebanyak-banyaknya baik secara online maupun offline di masa pandemi ini, kita tidak tahu siapa yang akan merespon dan bertumbuh imannya kepada Tuhan Yesus. Suatu ketika ada seorang tetangga kami yang Muslim memanggil kami untuk memeriksakan kakaknya yang sedang terbaring sakit di rumah mereka. Kakaknya sudah sangat tua, mungkin sekitar 70 an tahun dan mengeluhkan pusing berputar yang secara medis dikenal dengan istilah vertigo. Setelah memeriksa nenek tersebut dan menyarankan obat, Tuhan berikan kesempatan untuk menyampaikan Injil. Puji Tuhan nenek tersebut merespon dengan baik dan bercerita bahwa ternyata dulu beliau seorang guru di sekolah Kristen, beliau masih menyimpan sebuah kitab kecil perjanjian baru dan mazmur di lemarinya. Saat menanyakan kepada beliau apakah mau menerima Yesus secara pribadi sebagai Tuhan dan Juruselamat? Nenek tersebutpun berusaha bangkit dari tidur dan mengambil posisi sujud di atas tempat tidurnya untuk menerima Yesus. Dengan tangan yang tremor, beliau melipatkan kedua tangannya dan berdoa. Mari doakan agar iman nenek tersebut dapat tersebut bertumbuh dan beliau dapat tekum berdoa, membaca Firman Tuhan serta turut memberitakan Injil kepada keluarga dan tetangganya.
Apakah kasih, pertolongan, kesehatan, rejeki, perlindungan dari Tuhan bagi kita berkurang karena pandemi? Jika sekiranya tidak, tentu kita tidak punya alasan untuk mengurangi waktu untuk melakukan pekerjaan dan tujuan utama kita sebagai seorang Kristen. Tuhan Yesus mengatakan “Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga.” (Yohanes 5:17). Jemaat mula-mula juga makin bertambah banyak oleh pertolongan Roh Kudus (Kisah Para Rasul 9:31). Di media sosial, kita masih mendengar kesaksian orang-orang yang bertemu Tuhan Yesus baik melalui mimpi atau penglihatan, ada pula yang tergerak hatinya oleh Roh Kudus untuk mempelajari Kitab Suci Injil, ada pula yang mengalami kesembuhan atau mujizat lainnya, dan akhirnya percaya kepada Yesus. Artinya kita meyakini bahwa sampai saat ini Allah kita (Bapa, Tuhan Yesus, dan Roh Kudus) masih bekerja untuk tujuan yang sama yaitu agar semakin banyak orang yang mengenal Tuhan Yesus sebagai satu-satunya jalan kepada keselamatan kekal. Jika sekiranya Allah kita masih tetap mengasihi kita dan bekerja di masa pandemi ini, apakah ada alasan kita untuk tidak melakukan pekerjaan utama kita yaitu memberitakan Injil?
Oleh: dr. Ahmad Ricardo Silalahi (FK’05)
No responses yet